A. Sensor pH
Sensor pH adalah sensor
yang digunakan untuk mengetahui kandungan asam dan basa suatu cairan. Bagaimana sih cara membedakan asam dan
basa? Yup, berikut akan dijelaskan cara membedakannya :
Cara pertama : Menggunakan kertas lakmus. Kertas lakmus
dicelupkan kedalam
suatu cairan, jika
warnanya menjadi merah berarti cairan tersebut bersifat asam dan jika berubah
menjadi biru berarti cairan tersebut bersifat basa.
Cara kedua : Menggunakan PH meter. Jika PH kurang dari 7 maka berarti bersifat asam, jika lebih dari 7 maka berarti bersifat basa. Jika tepat 7 berarti PH-nya netral.
Cara kedua : Menggunakan PH meter. Jika PH kurang dari 7 maka berarti bersifat asam, jika lebih dari 7 maka berarti bersifat basa. Jika tepat 7 berarti PH-nya netral.
·
Asam
Asam adalah Senyawa yang
menghasilkan ion hidrogen ( H+ ) ketika dilarutkan kedalam air. pH
nya kurang dari 7
Sifat –
sifat larutan asam :
- Rasanya
masam
- Bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion Hidrogen
- Mengubah
warna lakmus biru menjadi merah
-
Dapat
menghantarkan arus listrik
·
Basa
Basa adalah
senyawa yang menghasilkan ion hidroksida ( OH+ ) ketika dilarutkan
ke dalam air. pHnya lebih dari 7
Sifat-sifat
larutan basa :
- Rasanya
pahit
-
Bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion Hidroksida
- Mengubah
warna lakmus merah menjadi biru
-
Dapat
menghasilkan arus listrik
Contoh :
Sistem
sensor Keasaman air (pH) untuk aplikasi pengontrolan kondisi air tambak udang.
Prinsip kerjanya, sistem sensor yang dibuat terdiri dari elektroda pH yang
digunakan untuk mendeteksi ion H+ dari suatu cairan, sensor suhu sebagai
parameter pengukuran pH, sebuah mikrokontroller sebagai pengolah data dan
sebuah alat peraga (tampilan). Sehingga, tingkat pengontrollan keasaman pada
air tambak udang bisa terjaga dalam menghasilkan udang yang berkualitas tinggi.
B. Sensor Gas
Sensor gas adalah
sensor yang befungsi untuk mengukur senyawa gas polutan yang ada di udara, seperti
karbon monoksida, hidrokarbon, nitrooksida, dan lain-lain. Cara kerja sensor tersebut yaitu apabila semakin tinggi konsentrasi gas maka resistansinya semakin rendah.
Contoh :
Sensor gas
untuk mendeteksi gas LPG type TGS 2610. Jadi, sensor gas digunakan untuk mendeteksi adanya konsentrasi (kebocoran)
gas LPG disekitar sensor tersebut. Sensor gas LPG TGS 2610 akan memberikan
perubahan resistansi pada saat terdeteksi adanya gas LPG disekitar sensor,
dimana semakin kuat konsentrasi gas LPG yang terdeteksi maka semakin rendah
resistansi output sensor gas LPG TGS 2610 dan sebaliknya (resistansi membesar)
apabila tidak terdeteksi adanya gas LPG disekitas sensor.
Gambar sensor gas untuk memberi alarm pada LPG :
C. Sensor Oksigen
Sensor oksigen
mempunyai struktur sama dengan baterai yang terdiri dari elektroda dan
elektrolit. Cara kerja sensor oksigen yaitu dimana oksigen yang masuk ke
dalam sensor, direduksi pada elektroda emas dengan reaksi elektrokimia. Anoda
dan katoda dihubungkan dengan sebuah termistor dan
resistor. Resistansi dua resistor ini mengubah arus yang terjadi akibat reaksi
elektrokimia menjadi tegangan. Besar arus yang mengalir pada dua resistor
dipengaruhi oleh banyak oksigen yang tertangkap oleh membran elektroda.
Contoh :
Sensor oksigen untuk mengukur
konsentrasi gas buang oksigen untuk mesin pembakaran internal dalam mobil yang
terpasang pada knalpot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar